Chapter 13: Digger Race

Dua pasang mata lain yang berada di dalam sel ini melirik kepadaku. Tatapan dari keempat bola mata itu dipenuhi dengan pertanyaan. Hal itu didukung dengan ekspresi heran yang tampak sangat jelas dari kedua wajah mereka.

“Fred, bagaimana mungkin kau bisa tahu cara keluar dari tempat ini? Kita bahkan belum satu jam berada di dalam sel ini,” tanya Awald sangsi.

“Coba kau baca tulisan di dinding itu,” ujarku.

“Kebebasan bahkan lebih dalam daripada mimpi-mimpimu,” ujar Awald membaca tulisan itu.

“Apakah itu kata-kata mutiara orang-orang di desa ini?” tanya Joey.

“Tidakkah kau menyadari maksud tersembunyi dari kata-kata itu?” ujarku.

“Aku tidak mengerti maksudmu Fred,” sahut Awald.

“Kebebasan berarti keluar dari penjara ini. Sedangkan untuk mimpi, kau mengalaminya saat tidur. Kau tidur di atas tempat tidur ini kan? Jika kebebasan itu lebih dalam daripada mimpimu, berarti kebebasan itu lebih dalam dari tempat tidurmu. Jawabannya ada di bawah tempat tidur ini,” jelasku.

Awald bergegas memeriksa bagian bawah tempat tidur itu. Joey sepertinya telah melupakan rasa sakitnya, sehingga dia juga ikut-ikutan memeriksanya.

“Tuas inikah yang kau maksud?” tanya Awald.

“Coba kau tarik tuas itu,” perintahku.

Awald menarik tuas hitam kecil yang ukurannya hanya sebesar pulpen itu. Posisi tuas yang sebelumnya berada di kiri kali ini telah berpindah ke kanan. Tiba-tiba terjadi sesuatu pada lantai sel ini. Lantai seluas kira-kira satu meter persegi yang berada di bawah tulisan dinding itu turun sekitar dua meter. Gerakannya begitu halus, sehingga tidak menimbulkan getaran dan kebisingan yang menarik perhatian. Sekarang lantai itu telah berubah menjadi sebuah lubang persegi. Di dalam lubang itu ternyata ada sebuah terowongan kecil setinggi satu meter yang mengarah ke suatu tempat di bawah sel ini.

“Menakjubkan,” gumamku.


Kami bertiga masuk ke dalam lubang itu dengan bergantian. Awald mengambil giliran pertama. Dia memeriksa apa yang ada di balik terowongan satu meter itu. Ternyata ada bidang miring licin yang bisa digunakan sebagai perosotan di balik terowongan itu. Awald meluncurkan dirinya pada bidang miring itu. Aku mengambil giliran kedua diikuti oleh Joey pada giliran ketiga. Perosotan itu membawa kami pada sebuah ruangan yang disinari oleh cahaya lilin-lilin yang tergantung di dinding tanahnya. Kali ini kami tidak hanya bertiga. Ada seorang laki-laki tua yang sepertinya telah menunggu kedatangan kami. Rambut dan janggut panjangnya telah didominasi oleh uban. Tidak ada yang janggal darinya, kecuali dua hal. Hal pertama adalah dia bukan seorang manusia burung. Hal kedua adalah dia tinggal di tempat seperti ini.

“Selamat datang di kediamanku, para manusia!” sambutnya.

“Kau siapa?” tanya Joey.

Lelaki tua itu menarik sebuah tuas yang ada di dinding rumahnya. Getaran-getaran halus kurasakan dari balik dinding rumah bawah tanah ini.

“Tuas yang kutarik ini berfungsi untuk menutup jalan rahasia yang telah kalian buka tadi. Perkenalkan, namaku Didu Hulovana. Kau boleh memanggilku Didu,” katanya memperkenalkan diri.

“Aku Fred Somer. Temanku yang sebelah kanan bernama Joey Somer, sedangkan yang sebelah kiri bernama Awald Bied,” kataku memperkenalkan kami semua.

“Apakah kau yang membuat jalan rahasia ini?” tanya Awald.

“Ya, aku membuatnya dulu saat aku masih muda. Aku masih punya banyak hal untuk diceritakan kepada kalian. Duduklah, aku akan membuatkan kopi untuk kalian,” tawarnya.


Kami duduk pada sebuah meja bundar yang digunakan untuk makan. Meja ini terbuat dari kayu yang dipoles begitu rapi. Tidak ada kursi, sehingga kami duduk di lantai. Didu menuangkan kopi panas yang berada di dalam sebuah teko plastik berwarna bening ke dalam empat cangkir keramik bercat putih. Dia menyajikan kopi itu kepada masing-masing kami.

“Minumlah selagi masih panas. Kalian perlu mencoba kopi terbaik khas Ronder ini,” katanya.

“Terima kasih Pak,” ujarku.

Aku meneguk kopi panas itu. Aromanya yang wangi tidak membohongi rasanya yang begitu nikmat. Ronder memang terkenal dengan kopinya yang sangat berkualitas. Ini adalah pertama kalinya aku menikmati langsung kenikmatan yang selama ini hanya kubaca di artikel media massa.

“Kalian masih mau mendengar ceritaku kan?” tawarnya.

“Iya.”

“Sebelumnya aku akan memperkenalkan kepadamu tentang siapa aku sebenarnya. Meskipun kita sama-sama manusia, tapi ras kita berbeda. Kami biasa menyebut kalian dengan istilah “manusia atas”, sedangkan untuk diri kami sendiri kami memakai istilah “manusia bawah”,” jelasnya.

“Kenapa kau tahu kalau kami adalah manusia atas?” tanya Joey.

“Usiaku sudah enam puluh empat tahun. Aku sudah cukup berpengalaman untuk membedakan mana manusia atas dan manusia bawah.”

“Apakah ada perbedaan manusia atas dengan manusia bawah secara fisik?” tanyaku.

“Tidak ada perbedaan yang mencolok antara manusia atas dengan manusia bawah. Hanya saja, rata-rata manusia bawah memiliki tubuh yang lebih kekar dibandingkan manusia atas, karena manusia bawah adalah ras penggali jalan bawah tanah.”

“Jadi jalan itu adalah buatan manusia bawah?”

“Benar sekali. Manusia bawah adalah pembangun terhebat. Populasi kami hanya ada di negara Nirta. Sekarang beberapa orang pemuda manusia bawah sedang membangun jalan bawah tanah yang menghubungkan kota Grand Nirta dengan kota Mamaga. Jika proyek ini selesai, maka kami telah menyelesaikan proyek yang sudah kami kerjakan sejak tiga ratus tahun yang lalu, yaitu membangun jalan yang menghubungkan setiap kota dan desa di Nirta,” jelasnya lagi.

“Kalian sudah mengerjakan proyek ini selama tiga ratus tahun? Kenapa tidak pernah ada publikasi ke media massa manusia atas tentang jalan bawah tanah ini?” tanyaku.

“Sebelum kau menjawab pertanyaan itu, maukah menjawab pertanyaanku terlebih dahulu? Apakah kau memang sengaja membantu para manusia yang masuk penjara untuk kabur?” tanya Awald.

“Baiklah, aku akan menjawab pertanyaanmu terlebih dahulu. Dulu aku juga pernah masuk penjara karena kasus pencurian. Di penjara ini manusia atas dan manusia bawah dianggap sama, sehingga aku menempati sel yang barusan kalian tempati. Kata mutiara yang kau baca di dinding sel itu sudah ada sebelum aku masuk penjara, dan hal itulah yang menginspirasiku untuk membuat jalan ini. Setelah bebas, aku membuat rumah disini dan juga jalan rahasia untuk kabur dari penjara itu. Sayangnya sudah tiga puluh tahun aku membuat jalan ini, tidak ada seorang tahanan pun yang menggunakannya. Entah karena mereka tidak menyadarinya atau memang tidak ada tahanan, aku tidak tahu. Yang jelas, kalian adalah orang pertama yang menggunakan jalan rahasia ini,” jawabnya.


Didu menghabiskan kopi yang sudah mendingin di cangkirnya. Aku masih menikmati aroma kopi itu sekalipun panas kopi di cangkirku juga sudah hilang karena pengaruh dinginnya ruangan ini. Ternyata manusia bawah tidak hanya menggunakan sistem sirkulasi udara itu pada jalan bawah tanah, tetapi juga pada rumah bawah tanah seperti ini. Joey terlihat sedikit kesakitan saat meminum kopi itu. Mungkin ini disebabkan oleh pukulan-pukulan yang diterimanya dari Zappa. Sedangkan Awald baru memulai tegukan keduanya. Dia kelihatannya tertarik dengan cerita dari Didu.

“Baiklah Pak. Sekarang coba ceritakan kepadaku kenapa jalan bawah tanah tidak pernah dipublikasikan ke media massa?”

Didu berdiri dari duduknya dan berjalan ke lemari kayu yang ada di belakangnya. Dia mengambil selembar kertas besar dari dalam lemari. Kertas itu lalu dikembangkan di atas meja. Pada kertas itu tergambar peta Nirta. Ada beberapa titik merah yang mewakili kota-kota dan desa-desa di Nirta. Titik-titik itu dihubungkan dengan jalan berwarna merah. Di legenda peta itu tertulis bahwa simbol jalan berwarna merah menandakan jalan bawah tanah.

“Ini adalah jalan bawah tanah yang sudah berhasil dibangun manusia bawah sampai saat sekarang ini. Cukup banyak bukan? Kalau boleh aku meminta pendapatmu, menurutmu kenapa tidak pernah ada berita tentang jalan ini?” tanyanya.

“Para ahli geologi tidak menemukan jalan ini. Bisa jadi karena struktur tanah di sekeliling jalan ini cukup keras, sehingga penelitian tidak dapat dilakukan,” jawabku.

“Jawabanmu cukup logis. Tapi untuk kau ketahui, para ahli geologi mengetahui jalan ini,” jawab Didu.

Aku terkejut mendengar jawaban itu. Jika ahli geologi tahu tentang jalan ini, kenapa aku tidak pernah mendapatkan informasinya? Apakah para ahli itu sengaja menyembunyikan kebenaran ilmu pengetahuan? Ataukah zaman sudah terlalu maju sehingga aku ketinggalan informasi?

“Para ahli geologi sengaja menyembunyikan temuan berupa jalan bawah tanah ini. Ini adalah kesepakatan yang sudah dibuat secara internasional,” kata Didu.

“Kenapa demikian? Apa latar belakang semua ini?” tanyaku.

“Tidak hanya sesama ahli geologi yang membuat kesepakatan. Tapi semua ahli yang ada di dunia internasional juga diberikan kode etis yang sama. Latar belakang dari semua ini adalah peristiwa tiga ratus tahun yang lalu yang sejarahnya juga sengaja disembunyikan,” jawabnya.

“Sejarah tersembunyi tiga ratus tahun yang lalu?” tanya Joey.

“Aku akan menceritakan sejarah itu kepada kalian. Tapi kalian dilarang keras menceritakannya kembali kepada orang lain, apalagi sampai mempublikasikannya ke media massa. Kalian mengerti?”

“Kami mengerti!”


to be continued


Chapter 14: 300 Years Ago

0 Responses