04 Mei 2012.
|
Kami bertiga
berlari menghampiri Rhena. Joey berlari paling cepat, seolah-olah ia tidak
merasakan lelah setelah berjalan cukup jauh di bawah tanah. Aku dan Awald
mengikutinya dari belakang. Sementara Didu tidak beranjak dari tempat
berdirinya.
“Rhena! Kau
tidak apa-apa?” seru Joey.
“Joey,
kaukah itu?” ujar Rhena dengan suara lemah.
Joey
melepaskan kain hitam yang menutupi mata Rhena, sehingga gadis itu sekarang
bisa melihat dunia sekitarnya. Ia juga melepaskan tambang dari kaki dan tangan
Rhena walaupun dengan susah payah. Ketika ia berhasil, Rhena segera memeluknya.
“Joey, Fred,
Awald, kalian datang menyelamatkanku! Aku tidak tahu apa yang akan terjadi
kalau seandainya kalian tidak datang!” seru Rhena sambil terisak.
“Aku senang
kau selamat. Ayo kita keluar dari sini!” kata Joey.
“Rangkul
saja dia, Joey! Sepertinya dia masih cukup lemah,” seru Awald.
“Ayo cepat,
sebelum ada yang memergoki kita!” seru Didu.
Joey
merangkul Rhena di pundaknya. Kami pun segera berlari menghampiri Didu yang
masih menjaga pintunya. Tapi tiba-tiba pintu itu tertutup dengan cepat. Kami
semua terkejut, termasuk Didu yang merasa tidak melakukan apa-apa kepada pintu
itu.
“Hebat
sekali. Kalian berhasil menyusup ke dalam persembunyian The Levi,” seru
seseorang dari dua orang yang muncul dari sebuah pintu rahasia lain di ruangan
itu.
“Tapi
sehebat apapun kalian, kami tetap yang paling hebat di bawah tanah,” seru seseorang
yang lainnya.
“Tresman
bersaudara, tak kusangka kemampuan kalian telah meningkat sampai sejauh ini.
Bahkan kalian ternyata mengetahui tentang pintu yang aku buat ini,” ujar Didu.
“Tentu saja,
karena kami memiliki guru sehebat Anda.
Tapi sayang sekali, sepertinya Anda terlalu meremehkan kemampuan kami.”
Wajah dua
orang yang muncul ini benar-benar mencerminkan bahwa mereka saudara kembar. Aku
cukup sulit membedakan mereka berdua. Mereka sama-sama berkulit gelap, berambut
hitam lurus panjang, tinggi, dan kekar. Sedikit perbedaan dari mereka adalah
matanya. Yang satu memiliki mata yang agak besar dibanding yang satu lagi. Tapi
selain dari itu, mereka benar-benar seperti kembar identik yang sempurna.
“Kalian
tidak akan bisa lari kemana-mana. Kami sudah memodifikasi sistem di ruangan ini
sehingga hanya kami yang bisa membuka atau menutup pintu,” ujar Tresman bermata
besar.
“Kuki,
sepertinya kau begitu yakin dengan ucapanmu. Tapi untuk kalian ketahui, aku
hanya mengajarkan kalian ilmu tentang pintu. Kalian sudah mengembangkan ilmu
itu dengan sangat baik. Hanya saja, aku sebenarnya masih memiliki satu dasar
ilmu lagi yang mungkin belum pernah kalian temui. Sekarang aku akan
menunjukkannya kepada kalian,” kata Didu.
Didu
menghentakkan kakinya ke tanah. Seketika itu juga sebidang tanah berbentuk
lingkaran yang kami pijaki terangkat ke atas. Langit-langit tanah yang
sebelumnya tertutup sekarang juga terbuka membentuk sebuah lingkaran yang
ukurannya sesuai dengan tanah yang terangkat ini. Aku, Joey, dan Awald tercengang
menyaksikan teknologi canggih yang ada di bawah tanah desa yang tertutupi kabut
ini, sedangkan Rhena tidak terlalu peduli dengan hal itu. Tresman bersaudara juga
terlihat sangat kaget menyaksikan teknologi ini. Aku yakin mereka belum sempat
memikirkan cara mengantisipasi hal ini.
“Kiku,
segera hubungi bos! Kita kejar mereka di atas!” seru Kuki.
“Tapi di
atas ini adalah pusat desa! Kita bisa ketahuan jika keluar!” protes Kiku.
“Kita keluar
atau tidak pun sekarang sama saja! Mereka sudah mengetahui tempat persembunyian
kita, kemudian pasti mereka akan melaporkannya kepada polisi. Jadi, lebih baik
sekarang kita keluar untuk melakukan penyerangan!” ujar Kuki.
Dua
bersaudara itu akhirnya keluar dari ruangan ini melalui pintu yang mereka buka
tadi, setelah itu aku tidak bisa lagi menyaksikan bagaimana keadaan di ruangan
itu karena elevator tanah ini telah membawa kami ke atas lubang langit-langit yang
menutupi pandangan.
“Pak, kau
benar-benar luar biasa,” pujiku.
“Kau tidak
perlu terlalu kagum kepadaku. Keahlian ini adalah keahlian turun-temurun dari
klan Hulovana. Hampir semua anggota klan Hulovana memiliki kemampuan ini,” ujar
Didu merendah.
Elevator itu
menghantarkan kami kepada sebuah ruangan kecil yang cukup gelap. Begitu
elevator itu berhenti sempurna, Didu membukakan sebuah pintu canggih lainnya
yang ada di ruangan itu. Pintu itu menghubungkan ruangan kecil yang gelap
dengan dunia luar yang diselimuti kabut tebal. Ternyata benar apa yang
dibicarakan oleh Tresman bersaudara tadi, saat ini kami berada di pusat desa. Manusia
burung yang berlalu lalang di jalan desa ini menyaksikan kami yang baru saja
keluar dari ruangan tanah dengan heran.
“Kantor
polisi berada sekitar dua kilometer dari sini. Kita harus segera kesana,” jelas
Didu.
“Kenapa kita
harus ke kantor polisi Pak? Bukankah kami ini masih buronan?” tanya Awald.
“Kita saja
tidak akan mampu mengalahkan The Levi. Tapi jika kita bisa membawa mereka
mendekati kantor polisi, maka setidaknya kita mendapatkan bantuan kekuatan yang
cukup besar. Aku yakin jika polisi sudah melihat The Levi, mereka akan
melupakanmu,” terang Didu.
“Apakah kita
bisa sampai tepat waktu Pak?” tanya Awald lagi.
“Tunggu
sebentar, aku punya ide bagus,” jawab Didu.
Didu
mendekati sebuah mobil yang diparkir di pinggir jalan. Di dalam mobil itu ada
seorang manusia burung yang sepertinya merupakan pemilik mobil itu. Tampak bahwa
mereka mengadakan sebuah negosiasi, kemudian manusia burung itu meninggalkan
mobilnya. Didu memberikan isyarat kepada kami untuk menuju mobil tersebut.
“Aku
berhasil meminjam mobil orang itu. Sekarang, siapa diantara kalian yang paling ahli
dalam mengemudi?” tanya Didu.
“Biar aku
yang mengemudi,” tawar Joey.
Joey
mengemudi dengan cepat menuju kantor polisi. Sebenarnya kami tidak tahu
mengenai lokasi di desa ini. Untung saja ada Didu yang bertindak sebagai
penunjuk jalan. Hanya dalam waktu lima menit, kami telah sampai kembali ke
kantor polisi tempat kami sebelumnya ditahan sebagai pendatang ilegal.
“Kita telah
sampai. Apa yang harus kita lakukan berikutnya Pak?” tanya Joey.
“Ayo kita
segera masuk ke kantor ini dan melaporkan The Levi!” seru Didu.
Kami berlima
keluar dari mobil itu. Aku menggantikan tugas Joey untuk merangkul Rhena. Tapi
ketika aku akan merangkulnya, dia menolak.
“Tidak usah
repot-repot Fred. Aku sudah cukup kuat untuk berjalan sendiri kok,” sahutnya.
Aku yakin
kondisinya belum terlalu baik untuk berjalan sendiri. Tapi dari sorot matanya
tergambar sebuah semangat bahwa ia bisa. Oleh karena itu aku membiarkannya
berjalan sendiri. Dia memang sudah mampu untuk berjalan sendiri walaupun agak
pelan dan langkahnya kelihatan lemah. Aku berjalan mengikutinya dari belakang,
untuk berjaga-jaga kalau seandainya ia kembali tersungkur. Tiba-tiba aku melihat
dari arah kanan ada sesuatu yang terbang dengan sangat cepat mendekati Rhena.
“Awas Rhena!”
teriakku.
Secara
refleks, aku merangkul Rhena dari belakang dan kemudian melompat ke depan
bersamanya. Kejadian itu berlangsung dengan sangat cepat seiring dengan
datangnya sesosok manusia burung yang cukup besar yang akan mencengkram Rhena.
Jika aku terlambat sedetik saja, maka bisa dipastikan Rhena sudah berada di
dalam cengkraman makhluk itu.
“Kau tidak
apa-apa Fred?” tanya Rhena cemas.
“Aku tidak
apa-apa. Kau sendiri bagaimana?” tanyaku.
“Aku
baik-baik saja. Kau tidak perlu terlalu mengkhawatirkanku.”
Sejumlah
polisi keluar dari kantor menuju jalan untuk menyaksikan apa yang telah terjadi.
Dua diantara polisi itu sangat aku kenali, Zappa dan Cesnael.
“Ternyata
kalian ada disini! Bagaimana cara kalian melarikan diri dari tahanan?” tanya
Zappa geram.
“Kepolisian
yang terhormat, kalian tidak perlu menangkap mereka karena mereka bukanlah
kriminal. Kriminal sebenarnya adalah The Levi,” ujar Didu.
“The Levi?
Apa maksudmu orang tua?” tanya Zappa lagi.
Aku
perhatikan wajah-wajah polisi yang terlihat geram itu. Tapi kemudian aku
melihat ekspresi Cesnael yang berubah setelah ia melihat Rhena.
“Tunggu
dulu. Apakah dia gadis yang kau ceritakan sebelumnya?” tanya Cesnael kepada
kami sambil menunjuk ke arah Rhena.
“Benar! Kau
sebelumnya memberitahu kami bahwa kemungkinan ia diculik The Levi. Dan dugaanmu
itu sangat tepat, ia telah diculik The Levi!” tukas Joey.
“Apakah kau
mempunyai bukti yang bisa meyakinkan kami bahwa kau telah bertemu The Levi?”
tanya seorang petugas polisi yang lain.
“Tentang
bukti, kami tidak mempunyai hal itu,” jawabku singkat.
“Lalu
bagaimana kami harus mempercayai omong kosongmu?” tanya polisi itu lagi dengan
nada menantang.
“Mereka
memiliki bukti itu!”
Kami semua
dikagetkan oleh suara itu. Suara itu berasal dari seorang manusia burung
berbadan besar yang terbang dengan penuh percaya diri ke arah kami. Dia terbang
diikuti oleh dua orang manusia burung lainnya, yang masing-masingnya merangkul
seorang dari Tresman bersaudara.
“Kami adalah
bukti dari ucapan mereka!” seru orang itu lagi, dengan aura bicara yang sangat
mengerikan.
to be continued