26 Januari 2009.
|
Gerhana matahari yang terjadi hari ini benar-benar momen yang gak bakal disia-siain semua orang, terutama gw (yang bodoh en slalu pengen tau). Ketika jam dinding mulai mencoba buat mencapai pukul setengah empat sore, gw segera bongkar lemari gw. Gw mau nyari "harta karun" rahasia gw. Sialnya, dah hampir 10 menit, harta karun tuh masih aja belum keliatan. Akhirnya, setelah kerja keras (bohong), gw berhasil nemuin harta karun tuh. Gak lain dan gak bukan, harta karun itu adalah klise-klise foto lama milik keluarga gw.
Segera, setelah klise-klise itu nongol di hadapan gw, gw eksekusi 5 di antara mereka. Kelima klise ini akan menjadi korban kebrutalan sinar UV (UV tuh apaan?) dari cahaya matahari, karena bakal gw jadiin penampis cahaya. Perlu diketahui, intensitas sinar UV matahari saat gerhana maupun tidak gerhana sama saja. Bayangkan apa yang terjadi jika gw melihat cahaya matahari dengan mata bugil. Maka gw gak akan bisa liat orang bugil lagi (!?!?!?!?).
Setelah penampis cahaya siap, gw langsung menuju ke tempat yang tinggi. Dengan keyakinan tinggi, gw tantang matahari secara langsung (dengan penampis di mata). Maka tampaklah suatu pemandangan yang benar-benar menakjubkan. Gw liat kira-kira seperlima bagian matahari telah ditutupi bulan. Gw liatin terus, sampai akhirnya pasukan awan hitam menghalangi jalan cahaya matahari ke penampis (dan terus ke mata gw). Akibatnya, gw gak bisa lagi liat gerhana. Dan tak lama setelah itu, berjatuhanlah air dari langit secara berombongan ke bumi. Segera aja gw kembali ke dalam rumah.
Kira-kira 15 menit berikutnya, hujan berhenti dan cahaya matahari keliatan lagi. Gw kembali ke posisi semula buat ngeliat gerhana lagi. Sekarang, seperempat bagian matahari sudah dihalangi oleh bulan. Lalu, malang kembali gak bisa gw tolak. Awan hitam lagi-lagi datang dan semakin bersemangat mandiin gw (brrrr...).
Karena gw dah gak bisa liat gerhana lagi, maka gw ambil alternatif lain. Gw hidupin kompi, konek ke internet, en langsung nulis tulisan ini. Pada saat gw nulis ini, hujan masih belum berhenti. Gw berharap hujan berhenti sebelum gerhana ini selesai, karena gerhana berikutnya diperkirakan akan terjadi tahun 2016. Artinya 7 tahun lagi !
Segera, setelah klise-klise itu nongol di hadapan gw, gw eksekusi 5 di antara mereka. Kelima klise ini akan menjadi korban kebrutalan sinar UV (UV tuh apaan?) dari cahaya matahari, karena bakal gw jadiin penampis cahaya. Perlu diketahui, intensitas sinar UV matahari saat gerhana maupun tidak gerhana sama saja. Bayangkan apa yang terjadi jika gw melihat cahaya matahari dengan mata bugil. Maka gw gak akan bisa liat orang bugil lagi (!?!?!?!?).
Setelah penampis cahaya siap, gw langsung menuju ke tempat yang tinggi. Dengan keyakinan tinggi, gw tantang matahari secara langsung (dengan penampis di mata). Maka tampaklah suatu pemandangan yang benar-benar menakjubkan. Gw liat kira-kira seperlima bagian matahari telah ditutupi bulan. Gw liatin terus, sampai akhirnya pasukan awan hitam menghalangi jalan cahaya matahari ke penampis (dan terus ke mata gw). Akibatnya, gw gak bisa lagi liat gerhana. Dan tak lama setelah itu, berjatuhanlah air dari langit secara berombongan ke bumi. Segera aja gw kembali ke dalam rumah.
Kira-kira 15 menit berikutnya, hujan berhenti dan cahaya matahari keliatan lagi. Gw kembali ke posisi semula buat ngeliat gerhana lagi. Sekarang, seperempat bagian matahari sudah dihalangi oleh bulan. Lalu, malang kembali gak bisa gw tolak. Awan hitam lagi-lagi datang dan semakin bersemangat mandiin gw (brrrr...).
Karena gw dah gak bisa liat gerhana lagi, maka gw ambil alternatif lain. Gw hidupin kompi, konek ke internet, en langsung nulis tulisan ini. Pada saat gw nulis ini, hujan masih belum berhenti. Gw berharap hujan berhenti sebelum gerhana ini selesai, karena gerhana berikutnya diperkirakan akan terjadi tahun 2016. Artinya 7 tahun lagi !
