Chapter 22: Escape

Suasana jamuan yang diadakan pemerintah malam itu begitu meriah. Semua orang datang dengan penampilan terbaiknya, baik dari pihak manusia maupun dari pihak Vog. Makanan yang sangat banyak dan terlihat sangat enak terhidang di atas meja. Aroma yang dipancarkannya sanggup merontokkan bulu hidung, menerbitkan air liur siapa saja yang menciumnya. Buah-buahan yang dipotong dengan penuh seni pun turut disajikan menemani hidangan tersebut, memberikan kesan bahwa hidangan ini disajikan oleh profesional, bukan amatir.
“Selamat datang, sahabat dari AVRO!” sambut Josh, walikota Askoriwimi.
“Suatu kehormatan bagi kami menghadiri undangan dari pemerintah,” ujar Gudi.
“Tapi, jika saya perhatikan hanya sedikit anggota AVRO yang menghadiri undangan ini. Mana yang lainnya?” tanya Josh.
“Maafkan saya, Pak. Saya sudah menekankan kepada bawahan saya untuk dapat menghadiri jamuan penting ini. Tapi ternyata sebagian dari mereka tidak dapat menghadirinya. Sebagai informasi, saat ini kami sedang mengembangkan suatu proyek untuk meningkatkan kinerja kami sebagai pasukan keamanan desa ini. Proyek itu dipimpin oleh wakil saya, Letu Rir. Saat ini mereka sedang mengadakan suatu pertemuan untuk membahas proyek tersebut di sekretariat. Karena itulah, kami hanya bisa membawa enam puluh orang anggota,” jelas Gudi.
“Oh, begitu,” jawab Josh datar.

Aku bisa melihat perasaan tidak puas di wajahnya. Jelas sekali mereka menginginkan kami semua menghadiri jamuan ini, agar mereka bisa membinasakan kami sekaligus. Beberapa orang yang ada di dalam ruangan ini juga memunculkan ekspresi yang sama dengan Josh. Bisa kuambil kesimpulan sementara bahwa mereka mengetahui dan mungkin juga ikut terlibat langsung dalam rencana ini. Meskipun sebenarnya kami sudah menyiapkan rencana yang matang, tapi kami harus tetap berhati-hati di dalam ruangan ini. Bisa saja mereka menyerang kami yang hanya beberapa orang di dalam ruangan ini, terutama Gudi. Jika itu terjadi, maka rencana gagal. Walaupun demikian, sebenarnya kami juga sudah memiliki rencana lain jika seandainya hal tersebut terjadi.
“Silakan duduk di meja ini! Mari nikmati dulu hidangan yang disiapkan oleh juru masak profesional pemerintah! Jangan sia-siakan kesempatan langka ini!” ajak Josh.
Kami menuruti ajakan tersebut, tentunya dengan tetap waspada. Sebenarnya aku sedikit tergoda dengan hidangan yang disajikan ini. Aromanya yang begitu sedap benar-benar tidak dapat didustai. Apalagi kopi Ronder favoritku juga ada di atas meja ini, masih panas di dalam poci logam berkesan klasik. Meskipun tidak ada yang memberitahuku bahwa itu adalah kopi Ronder, tapi aromanya yang khas yang dibawa oleh asapnya yang masih mengepul telah memberitahuku.

Kami  menikmati hidangan lezat tersebut bersama-sama dengan hadirin lain, termasuk Josh. Ketika sedang makan pun, aku bisa melihat wajah yang tetap serius dari orang-orang yang telah kutandai tadi, seolah-olah bersiap melaksanakan suatu instruksi yang akan muncul tiba-tiba. Gudi yang dari tadi mencoba untuk tenang sekarang juga mulai terlihat gelisah. Sepertinya ada sesuatu yang kurang sesuai dengan rencananya.
“Bapak Ketua AVRO, sepertinya ada sesuatu yang Anda sembunyikan. Coba Anda ceritakan sesuatu apa itu,” seru Josh tiba-tiba.
“Oh tidak ada apa-apa, Pak. Saya hanya merasa telah mengecewakan Anda atas kehadiran anggota AVRO yang sedikit ini,” jawab Gudi.
“Kalau tentang hal itu, tidak usah dipermasalahkan lagi. Saya dapat memakluminya. Tapi, bukan itu maksud saya. Saya melihat Anda seolah-olah mempunyai rencana terselubung.”
“Apa maksud Anda?”
“Tidak usah berbasa-basi lagi. Saya yakin Anda sudah mencurigai maksud kami sebenarnya mengundang Anda. Oleh karena itu, Anda hanya membawa sedikit anggota ke jamuan ini, agar AVRO tidak dapat kami binasakan sepenuhnya pada saat ini. Anda sengaja mengorbankan diri menghadiri jamuan ini dengan tujuan mengelabui kami sehingga kami mengira Anda tidak mengetahui rencana kami. Tapi sayang sekali, kami sudah mengetahui hal tersebut melalui mata-mata kami. Sekarang beberapa orang pasukan elit pemerintah sedang menuju sekretariat AVRO untuk memusnahkan sisa-sisa AVRO yang masih ada disana. Sekarang giliran Anda yang berada di ruangan inilah yang akan dimusnahkan! Pasukan, jalankan perintah!” seru Josh.

Orang-orang berwajah serius tadi mengeluarkan belati yang mereka simpan di balik jasnya masing-masing. Sekitar seratus lima puluh orang pasukan berjas dengan wajah serius itu bergerak cepat mengepung kami yang hanya berjumlah enam puluh orang.
“Seratus lima puluh melawan enam puluh. Bagaimana menurutmu, Pak?” tanyaku kepada Gudi.
“Seorang Vog setara dengan sepuluh orang manusia biasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” jawab Gudi.
Kami mengambil pedang yang dari tadi kami sembunyikan dari balik sayap kami yang tebal dengan sangat rapi.
“Asap!” seru Gudi.
Dari dalam ruangan itu tiba-tiba mengepul asap putih yang sangat tebal. Suatu kamuflase yang cukup menarik, menarik pedang seolah-olah akan bertarung, tapi pada akhirnya malah meledakkan bom asap.
“Cepat keluar dari ruangan ini! Ingat strategi yang telah disusun!” seru Gudi lagi.
Ia terbang dengan cepat menuju pintu ruang jamuan yang terbuat dari jati berkualitas tinggi itu. Tanpa memikirkan biaya yang telah dikeluarkan pemerintah untuk membeli pintu tersebut, ia langsung menebas pintu itu dengan pedang Naga Hitam yang sangat buas. Dalam sekejap salah satu aset berharga milik pemerintah itu telah berubah menjadi potongan kayu jati yang mengalami penurunan nilai guna. Melalui lubang yang dibuat Gudi, kami terbang dengan cepat keluar ruangan itu. Kami lalu mencari pintu utama gedung ini. Dengan cara yang sama, Gudi kembali memainkan pedangnya sehingga menambah kerugian bagi pemerintah. Dalam waktu yang tak terlalu lama kami telah berada di luar gedung pemerintahan ini.
“Hei, lihat! Ada asap hitam tebal yang mengepul tinggi dari arah sekretariat!” seruku.
“Sepertinya rencana kita berjalan dengan baik. Ayo pergi!” seru Gudi.

Asap hitam itu tentu saja berasal dari kebakaran. Sekretariat AVRO memang dibakar. Tapi yang membakar bukanlah orang pemerintah, melainkan beberapa anggota AVRO yang dipimpin oleh Letu. Ketika orang-orang pemerintah mengepung sekretariat, tim disana menyalakan api yang dengan cepat membakar sekretariat beserta lingkungan sekitarnya. Kami tidak bekerja sendiri. Beberapa orang manusia penggali terowongan bawah tanah juga berperan dalam aksi pembakaran ini. Mereka bertugas menanam batu bara di titik-titik tertentu pada tanah sekitar sekretariat. Kemudian pasukan pemanah api yang bersembunyi melepaskan panahnya ke titik-titik tersebut. Maka terjadilah sebuah kebakaran yang hebat, yang membinasakan orang-orang pemerintah sekaligus sekretariat AVRO. Sementara itu, Vog yang terlibat aksi tersebut melarikan diri ke suatu tempat yang telah kami sepakati, demikian juga manusia penggali terowongan bawah tanah.

Akhirnya kami sampai di tempat yang disepakati tersebut. Tempat itu adalah sebuah hutan di gunung Goma. Tempat ini masih hijau, sepertinya belum tersentuh oleh tangan manusia maupun Vog. Orang yang memberikan petunjuk tentang tempat ini adalah pemimpin tertinggi AVRO, yaitu Gudi. Ia sepertinya ingin berbicara sambil membawa seorang manusia penggali.
“Kita sekarang telah sampai di tempat melarikan diri dari desa ini. Semuanya, perkenalkan ini Vuze Hulovana. Ia adalah sahabatku sejak kecil. Dulu ketika masih kecil kami sering bermain ke tempat ini. Tempat ini sangat jarang dikunjungi oleh warga desa. Padahal sebenarnya di tempat ini tumbuh buah langka yang bernama Gogo, buah yang mampu mengobati segala penyakit. Nah, Vuze pernah bercerita kepadaku bahwa ketika menggali, ia telah menemukan suatu tempat tersembunyi yang selalu tertutup kabut di gunung ini. Tempat itu memiliki potensi untuk ditinggali. Aku berpikir, kita tak punya tempat lagi di desa ini. Karena itu, marilah kita pergi ke tempat tersebut. Kita akan membangun sebuah desa yang maju disana,” ujar Gudi.
“Bagaimana dengan nasib Vog lain, Pak? Apakah mereka aman tinggal di desa ini?” tanya salah seorang Vog.
Letu yang dari tadi belum berbicara akhirnya memulai kata-katanya.
“Aku akan tinggal disini sementara waktu sampai semua Vog berhasil diungsikan. Tak perlu mengkhawatirkan kondisiku, karena aku bekerjasama dengan manusia penggali dan juga penduduk desa yang dapat kupercaya, seperti sahabat karib Fea, yaitu Nio.”
Aku tersentak mendengarkan penjelasan Letu. Dia menyebut nama Nio. Sepertinya dia cukup yakin bahwa Nio adalah salah satu orang yang tepat untuk diajak bekerjasama.
“Aku dibantu dengan beberapa orang nantinya akan membuat sebuah gapura bertuliskan Hutan Larangan di gerbang hutan ini. Kemudian aku juga akan membuat tulisan dilarang masuk kecuali bagi yang berkepentingan di gerbang tersebut. Tempat ini jarang dikunjungi, bahkan oleh pemerintah sekalipun. Mereka tidak akan merasa janggal jika nantinya menemukan tempat ini,” kata Letu mengakhiri penjelasannya.

Setelah semuanya beres, kami memasuki terowongan yang dibuat oleh Vuze. Terowongan ini cukup luas, sehingga kami bisa memasukinya dengan nyaman. Kulihat Letu tetap berjaga di gerbang hutan tersebut. Kudekati dia, karena ada sesuatu yang perlu kukatakan.
“Semoga kau sukses menjalankan tugas ini,” ujarku.
“Tenang saja. Kau tahu siapa aku kan?” balasnya.
“Ada satu hal yang ingin kusampaikan.”
“Apa itu?”
“Mohon sampaikan maafku kepada Nio, karena aku harus pergi tanpa memberitahunya.”
Letu menghela nafas. Kemudian ia  memberikan jawaban atas permintaanku.
“Nio adalah salah satu rekanku dalam rencana ini. Jadi, aku menyanggupi permintaanmu!”

to be continued

0 Responses