08 April 2012.
|
Suasana
jamuan yang diadakan pemerintah malam itu begitu meriah. Semua orang datang
dengan penampilan terbaiknya, baik dari pihak manusia maupun dari pihak Vog. Makanan
yang sangat banyak dan terlihat sangat enak terhidang di atas meja. Aroma yang
dipancarkannya sanggup merontokkan bulu hidung, menerbitkan air liur siapa saja
yang menciumnya. Buah-buahan yang dipotong dengan penuh seni pun turut
disajikan menemani hidangan tersebut, memberikan kesan bahwa hidangan ini
disajikan oleh profesional, bukan amatir.
“Selamat
datang, sahabat dari AVRO!” sambut Josh, walikota Askoriwimi.
“Suatu
kehormatan bagi kami menghadiri undangan dari pemerintah,” ujar Gudi.
“Tapi, jika
saya perhatikan hanya sedikit anggota AVRO yang menghadiri undangan ini. Mana
yang lainnya?” tanya Josh.
“Maafkan
saya, Pak. Saya sudah menekankan kepada bawahan saya untuk dapat menghadiri
jamuan penting ini. Tapi ternyata sebagian dari mereka tidak dapat
menghadirinya. Sebagai informasi, saat ini kami sedang mengembangkan suatu
proyek untuk meningkatkan kinerja kami sebagai pasukan keamanan desa ini.
Proyek itu dipimpin oleh wakil saya, Letu Rir. Saat ini mereka sedang
mengadakan suatu pertemuan untuk membahas proyek tersebut di sekretariat.
Karena itulah, kami hanya bisa membawa enam puluh orang anggota,” jelas Gudi.
“Oh,
begitu,” jawab Josh datar.
Aku bisa
melihat perasaan tidak puas di wajahnya. Jelas sekali mereka menginginkan kami
semua menghadiri jamuan ini, agar mereka bisa membinasakan kami sekaligus. Beberapa
orang yang ada di dalam ruangan ini juga memunculkan ekspresi yang sama dengan
Josh. Bisa kuambil kesimpulan sementara bahwa mereka mengetahui dan mungkin
juga ikut terlibat langsung dalam rencana ini. Meskipun sebenarnya kami sudah
menyiapkan rencana yang matang, tapi kami harus tetap berhati-hati di dalam
ruangan ini. Bisa saja mereka menyerang kami yang hanya beberapa orang di dalam
ruangan ini, terutama Gudi. Jika itu terjadi, maka rencana gagal. Walaupun
demikian, sebenarnya kami juga sudah memiliki rencana lain jika seandainya hal
tersebut terjadi.
“Silakan
duduk di meja ini! Mari nikmati dulu hidangan yang disiapkan oleh juru masak
profesional pemerintah! Jangan sia-siakan kesempatan langka ini!” ajak Josh.
Kami
menuruti ajakan tersebut, tentunya dengan tetap waspada. Sebenarnya aku sedikit
tergoda dengan hidangan yang disajikan ini. Aromanya yang begitu sedap
benar-benar tidak dapat didustai. Apalagi kopi Ronder favoritku juga ada di
atas meja ini, masih panas di dalam poci logam berkesan klasik. Meskipun tidak
ada yang memberitahuku bahwa itu adalah kopi Ronder, tapi aromanya yang khas
yang dibawa oleh asapnya yang masih mengepul telah memberitahuku.
Kami menikmati hidangan lezat tersebut bersama-sama
dengan hadirin lain, termasuk Josh. Ketika sedang makan pun, aku bisa melihat
wajah yang tetap serius dari orang-orang yang telah kutandai tadi, seolah-olah bersiap
melaksanakan suatu instruksi yang akan muncul tiba-tiba. Gudi yang dari tadi
mencoba untuk tenang sekarang juga mulai terlihat gelisah. Sepertinya ada
sesuatu yang kurang sesuai dengan rencananya.
“Bapak Ketua
AVRO, sepertinya ada sesuatu yang Anda sembunyikan. Coba Anda ceritakan sesuatu
apa itu,” seru Josh tiba-tiba.
“Oh tidak
ada apa-apa, Pak. Saya hanya merasa telah mengecewakan Anda atas kehadiran
anggota AVRO yang sedikit ini,” jawab Gudi.
“Kalau
tentang hal itu, tidak usah dipermasalahkan lagi. Saya dapat memakluminya.
Tapi, bukan itu maksud saya. Saya melihat Anda seolah-olah mempunyai rencana
terselubung.”
“Apa maksud
Anda?”
“Tidak usah
berbasa-basi lagi. Saya yakin Anda sudah mencurigai maksud kami sebenarnya
mengundang Anda. Oleh karena itu, Anda hanya membawa sedikit anggota ke jamuan
ini, agar AVRO tidak dapat kami binasakan sepenuhnya pada saat ini. Anda
sengaja mengorbankan diri menghadiri jamuan ini dengan tujuan mengelabui kami
sehingga kami mengira Anda tidak mengetahui rencana kami. Tapi sayang sekali,
kami sudah mengetahui hal tersebut melalui mata-mata kami. Sekarang beberapa
orang pasukan elit pemerintah sedang menuju sekretariat AVRO untuk memusnahkan
sisa-sisa AVRO yang masih ada disana. Sekarang giliran Anda yang berada di
ruangan inilah yang akan dimusnahkan! Pasukan, jalankan perintah!” seru Josh.
Orang-orang
berwajah serius tadi mengeluarkan belati yang mereka simpan di balik jasnya
masing-masing. Sekitar seratus lima puluh orang pasukan berjas dengan wajah
serius itu bergerak cepat mengepung kami yang hanya berjumlah enam puluh orang.
“Seratus
lima puluh melawan enam puluh. Bagaimana menurutmu, Pak?” tanyaku kepada Gudi.
“Seorang Vog
setara dengan sepuluh orang manusia biasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,”
jawab Gudi.
Kami
mengambil pedang yang dari tadi kami sembunyikan dari balik sayap kami yang
tebal dengan sangat rapi.
“Asap!” seru
Gudi.
Dari dalam
ruangan itu tiba-tiba mengepul asap putih yang sangat tebal. Suatu kamuflase
yang cukup menarik, menarik pedang seolah-olah akan bertarung, tapi pada
akhirnya malah meledakkan bom asap.
“Cepat
keluar dari ruangan ini! Ingat strategi yang telah disusun!” seru Gudi lagi.
Ia terbang
dengan cepat menuju pintu ruang jamuan yang terbuat dari jati berkualitas
tinggi itu. Tanpa memikirkan biaya yang telah dikeluarkan pemerintah untuk
membeli pintu tersebut, ia langsung menebas pintu itu dengan pedang Naga Hitam
yang sangat buas. Dalam sekejap salah satu aset berharga milik pemerintah itu
telah berubah menjadi potongan kayu jati yang mengalami penurunan nilai guna.
Melalui lubang yang dibuat Gudi, kami terbang dengan cepat keluar ruangan itu.
Kami lalu mencari pintu utama gedung ini. Dengan cara yang sama, Gudi kembali
memainkan pedangnya sehingga menambah kerugian bagi pemerintah. Dalam waktu
yang tak terlalu lama kami telah berada di luar gedung pemerintahan ini.
“Hei, lihat!
Ada asap hitam tebal yang mengepul tinggi dari arah sekretariat!” seruku.
“Sepertinya
rencana kita berjalan dengan baik. Ayo pergi!” seru Gudi.
Asap hitam
itu tentu saja berasal dari kebakaran. Sekretariat AVRO memang dibakar. Tapi
yang membakar bukanlah orang pemerintah, melainkan beberapa anggota AVRO yang
dipimpin oleh Letu. Ketika orang-orang pemerintah mengepung sekretariat, tim
disana menyalakan api yang dengan cepat membakar sekretariat beserta lingkungan
sekitarnya. Kami tidak bekerja sendiri. Beberapa orang manusia penggali
terowongan bawah tanah juga berperan dalam aksi pembakaran ini. Mereka bertugas
menanam batu bara di titik-titik tertentu pada tanah sekitar sekretariat.
Kemudian pasukan pemanah api yang bersembunyi melepaskan panahnya ke
titik-titik tersebut. Maka terjadilah sebuah kebakaran yang hebat, yang
membinasakan orang-orang pemerintah sekaligus sekretariat AVRO. Sementara itu,
Vog yang terlibat aksi tersebut melarikan diri ke suatu tempat yang telah kami
sepakati, demikian juga manusia penggali terowongan bawah tanah.
Akhirnya
kami sampai di tempat yang disepakati tersebut. Tempat itu adalah sebuah hutan
di gunung Goma. Tempat ini masih hijau, sepertinya belum tersentuh oleh tangan
manusia maupun Vog. Orang yang memberikan petunjuk tentang tempat ini adalah
pemimpin tertinggi AVRO, yaitu Gudi. Ia sepertinya ingin berbicara sambil
membawa seorang manusia penggali.
“Kita
sekarang telah sampai di tempat melarikan diri dari desa ini. Semuanya,
perkenalkan ini Vuze Hulovana. Ia adalah sahabatku sejak kecil. Dulu ketika
masih kecil kami sering bermain ke tempat ini. Tempat ini sangat jarang
dikunjungi oleh warga desa. Padahal sebenarnya di tempat ini tumbuh buah langka
yang bernama Gogo, buah yang mampu mengobati segala penyakit. Nah, Vuze pernah
bercerita kepadaku bahwa ketika menggali, ia telah menemukan suatu tempat tersembunyi
yang selalu tertutup kabut di gunung ini. Tempat itu memiliki potensi untuk
ditinggali. Aku berpikir, kita tak punya tempat lagi di desa ini. Karena itu,
marilah kita pergi ke tempat tersebut. Kita akan membangun sebuah desa yang
maju disana,” ujar Gudi.
“Bagaimana
dengan nasib Vog lain, Pak? Apakah mereka aman tinggal di desa ini?” tanya salah
seorang Vog.
Letu yang
dari tadi belum berbicara akhirnya memulai kata-katanya.
“Aku akan
tinggal disini sementara waktu sampai semua Vog berhasil diungsikan. Tak perlu
mengkhawatirkan kondisiku, karena aku bekerjasama dengan manusia penggali dan
juga penduduk desa yang dapat kupercaya, seperti sahabat karib Fea, yaitu Nio.”
Aku
tersentak mendengarkan penjelasan Letu. Dia menyebut nama Nio. Sepertinya dia
cukup yakin bahwa Nio adalah salah satu orang yang tepat untuk diajak
bekerjasama.
“Aku dibantu
dengan beberapa orang nantinya akan membuat sebuah gapura bertuliskan Hutan
Larangan di gerbang hutan ini. Kemudian aku juga akan membuat tulisan dilarang
masuk kecuali bagi yang berkepentingan di gerbang tersebut. Tempat ini jarang
dikunjungi, bahkan oleh pemerintah sekalipun. Mereka tidak akan merasa janggal
jika nantinya menemukan tempat ini,” kata Letu mengakhiri penjelasannya.
Setelah
semuanya beres, kami memasuki terowongan yang dibuat oleh Vuze. Terowongan ini
cukup luas, sehingga kami bisa memasukinya dengan nyaman. Kulihat Letu tetap
berjaga di gerbang hutan tersebut. Kudekati dia, karena ada sesuatu yang perlu
kukatakan.
“Semoga kau
sukses menjalankan tugas ini,” ujarku.
“Tenang
saja. Kau tahu siapa aku kan?” balasnya.
“Ada satu
hal yang ingin kusampaikan.”
“Apa itu?”
“Mohon
sampaikan maafku kepada Nio, karena aku harus pergi tanpa memberitahunya.”
Letu
menghela nafas. Kemudian ia memberikan
jawaban atas permintaanku.
“Nio adalah
salah satu rekanku dalam rencana ini. Jadi, aku menyanggupi permintaanmu!”